DESAIN INOVATIF KERAMIK KASONGAN MEMASUKI PERSAINGAN PASAR GLOBAL
Oleh
Moh. Rusnoto Susanto, SPd, MSn
Program Studi Pendidikan Seni Rupa
Abstrak
Wilayah Kasongan Bantul merupakan landscape sentra industri kreatif keramik atau gerabah yang mampu melakukan konstruksi sosial sebagai pengrajin keramik secara turun-temurun hingga kini. Kemudian pada era 1990-an sentra Keramik Kasongan telah mencapai tingkat diversifikasi produksi tinggi, tidak hanya pada produk fungsional praktis, akan tetapi telah menjadi objek estetik yaitu elemen estetik interior dan eksterior. Semenjak itulah Sentra Industri Keramik Kasongan masuk pada jejaring globalisasi baik secara sosiokultural maupun managerial pemasarannya.
Hal tersebut dapat diatasi dengan semangat untuk melakukan penelitian, pengembangan dan penguasaan teknologi tepat guna dalam perspektif penciptaan nilai inovasi dalam konteks ini adalah nilai desain inovatif. Inovasi selalu berkaitan dengan penguasaan teknologi tinggi berangsur berubah orientasinya bahwa inovasi juga berkembang pada wacana dan praktik industri kecil dan menengah seperti pengembangan sentra-sentra industri kreatif (kerajinan) yang menghasilkan nilai-nilai baru.
Proses pengembangan desain di sentra industri gerabah Kasongan secara umum mengadopsi unsur lokal dan mengadaptasi berbagai aspek kebutuhan artistik modern maupun kontemporer. Kecenderungan mengamati-mencermati, meniru atau pengadopsi, dan menambahkan atau memberikan sentuhan kreativitas baru sebagai langkah inovasi artistik semakin hari semakin meningkat untuk melayani tuntutan pasar global. Dengan demikian pergerakan ekonomi yang berbasis pada orientasi ekonomi kreatif semakin maju dalam mewujudkan program pemerintah dalam memberdayakan sentra-sentra industri kreatif yang mandiri dan berani bersaing dengan produk ekonomi kreatif Negara-negara maju lainnya.
Keyword: Industri Keramik Kasongan, desain inovatif, industri kreatif dan pasar global
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Kasongan adalah nama daerah tujuan wisata di wilayah kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang terkenal dengan hasil kerajinan gerabahnya. Tempat ini tepatnya terletak di daerah pedukuhan Kajen, desa Bangunjiwo, kecamatan Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, (~ S 7.846567° - E 110.344468°) sekitar 6 km dari Alun-alun Utara Yogyakarta ke arah Selatan. Wilayah Kasongan Bantul merupakan landscape sentra industri kreatif keramik atau gerabah yang mampu melakukan konstruksi sosial sebagai pengrajin keramik secara turun-temurun hingga kini.
Bermula dari seorang Kyai Song yang mencikalbakali keberadaan keramik Kasongan 320 tahunyang lalu (1675-1765) di daerah tersebut yang kini disebut Kasongan (Gustami: 1988: 17). Pada saat itu produk-produk yang dihasilkan mencakup pada peralatan keperluan sehari-hari dari alas makan dari gerabah sebagai pengganti alas makan dari bahan batu maupun dedaunan yang dikenal dengan cobek (cowek, cuwo). Pada perkembangannya tahun 1745-1825 aktivitas pembuatan keramik di desa Kasongan yang dilakukan Mbah Jembuk mulai menunjukkan peningkatan dalam variasi bentuk. (Haryono, 1995-1996: 17).
Kasongan mulanya merupakan tanah pesawahan milik penduduk desa di selatan Yogyakarta. Pada Masa Penjajahan Belanda di Indonesia, di daerah pesawahan milik salah satu warga tersebut ditemukan seekor kuda yang mati. Kuda tersebut diperkirakan milik Reserse Belanda. Karena saat itu Masa Penjajahan Belanda, maka warga yang memiliki tanah tersebut takut dan segera melepaskan hak tanahnya yang kemudian tidak diakuinya lagi. Ketakutan serupa juga terjadi pada penduduk lain yang memiliki sawah di sekitarnya yang akhirnya juga melepaskan hak tanahnya. Karena banyaknya tanah yang bebas, maka penduduk desa lain segera mengakui tanah tersebut. Penduduk yang tidak memiliki tanah tersebut kemudian beralih profesi menjadi seorang pengrajin keramik yang mulanya hanya mengempal-ngempal tanah yang tidak pecah bila disatukan. Sebenarnya tanah tersebut hanya digunakan untuk mainan anak-anak dan perabot dapur saja. Namun, karena ketekunan dan tradisi yang turun temurun, Kasongan akhirnya menjadi Desa Wisata yang cukup terkenal.
Sejak tahun 1971-1972, Desa Wisata Kasongan mengalami kemajuan cukup pesat. Sapto Hudoyo (seorang seniman besar Yogyakarta) membantu mengembangkan Desa Wisata Kasongan dengan membina masyarakatnya yang sebagian besar pengrajin untuk memberikan berbagai sentuhan seni dan komersil bagi desain kerajinan gerabah sehingga gerabah yang dihasilkan tidak menimbulkan kesan yang membosankan dan monoton, namun dapat memberikan nilai seni dan nilai ekonomi yang tinggi. Keramik Kasongan dikomersilkan dalam skala besar oleh Sahid Keramik sekitar tahun 1980an.
[http://id.wikipedia.org/wiki/Kasongan]
Gerbang Masuk Sentra Industri Kerajinan Gerabah Kasongan
Hasil kerajinan dari gerabah yang diproduksi oleh Kasongan pada umumnya berupa guci dengan berbagai motif (burung merak, naga, bunga mawar dan banyak lainnya), pot berbagai ukuran (dari yang kecil hingga seukuran bahu orang dewasa), souvenir, pigura, hiasan dinding, perabotan seperti meja dan kursi, dll. Namun kemudian produknya berkembang bervariasi meliputi bunga tiruan dari daun pisang, perabotan dari bambu, topeng-topengan dan masih banyak yang lainnya. Hasil kerajinan tersebut berkualitas bagus dan telah diekspor ke mancanegara seperti Eropa dan Amerika. Biasanya desa ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.
Kemudian pada era 1990-an sentra Keramik Kasongan telah mencapai tingkat diversifikasi produksi tinggi, tidak hanya pada produk fungsional praktis, akan tetapi telah menjadi objek estetik yaitu elemen estetik interior dan eksterior. Semenjak itulah Sentra Industri Keramik Kasongan masuk pada jejaring globalisasi baik secara sosiokultural maupun managerial pemasarannya.
Ekonomi saat ini sangat dipengaruhi oleh globalisasi. Salah satu produk dari globalisasi adalah Hak Atas Kekayaan Intelektual (HKI) yang merupakan kapitalisasi dari intelektualitas seseorang (creative capital) yang dapat memproteksi ide kreatif dan inovatifnya serta membatasi orang lain untuk mempergunakan haknya tersebut. Ide kreatif dapat dipatenkan maupun didaftarkan hak cipta desain pada Direktorat Jenderal Hak Cipta. Tujuannya melindungi kepentingan bisnis bermotif ekonomi agar produk, paten, merk dan karya cipta desainnya tidak dieksplorasi atau dieksploitasi pihak lain.
Aktivitas kreatif dan proses pembakaran gerabah yang dikenal dengan proses biscuit di salah satu pengrajin gerabah profane di Kasongan. (atmosfer semacam ini menjadi pemandangan sehari-hari pada hampir semua penduduk Kasongan)
Industri kreatif memiliki orientasi pengghasil creative capital merangsang industri kreatif lokal untuk memiliki daya saing yang baik dan tak lagi memiliki ketergantungan pada industri manufaktur dalam hal pembayaran lisensi-lisensi terhadap produk asing. Hal tersebut dapat diatasi dengan semangat untuk melakukan penelitian, pengembangan dan penguasaan teknologi tepat guna dalam perspektif penciptaan nilai inovasi. Inovasi selalu berkaitan dengan penguasaan teknologi tinggi berangsur berubah orientasinya bahwa inovasi juga berkembang pada wacana dan praktik industri kecil dan menengah seperti pengembangan sentra-sentra industri kerajinan yang menghasilkan nilai-nilai baru.
Proses Quality Control produk kerajinan Keramik/Gerabah dan persiapan packing untuk pengiriman eksport produk ke luar negeri oleh Bapak Arie Saksono.
(Proses QC dilakukan untuk memenuhi standart mutu eksport)
Nilai baru yang bermula dari sebuah konvergensi teknologi-teknologi sebelumnya sehingga menghasilkan ide baru atau metodik tepat guna yang baru. Kemampuan beradaptasi dan konvergensi dalam dunia industri kreatif ditempuh untuk melahirkan ide kreatif baru yang fresh dan up to date membutuhkan daya imajinasi dan daya visualisasi yang baik. Kemampuan ini paling menonjol didapat pada kreator yang berorientasi kreatif dan melakukan penerjemahan kembali terhadap kebutuhan kepraktisan [profan] masyarakat kontemporer yang muncul pada sentra industri kreatif.
Proses adaptasi dan konvergensi dalam proses penciptaan seni yang berbasis penemuan nilai kreatif dan invatif pada desain produk seni kerajinan. Proses pengembangan desain di sentra industri gerabah Kasongan secara umum mengadopsi unsur lokal dan mengadaptasi berbagai aspek kebutuhan artistik modern maupun kontemporer. Kecenderungan mengamati-mencermati, meniru atau pengadopsi, dan menambahkan atau memberikan sentuhan kreativitas baru sebagai langkah inovasi artistik semakin hari semakin meningkat untuk melayani tuntutan pasar global. Dengan demikian pergerakan ekonomi yang berbasis pada orientasi ekonomi kreatif semakin maju dalam mewujudkan program pemerintah dalam memberdayakan sentra-sentra industri kreatif yang mandiri dan berani bersaing dengan produk ekonomi kreatif Negara-negara maju lainnya.
b. Identifikasi Masalah
1. Faktor-faktor yang mendorong munculnya desain inovatif Keramik Kasongan
2. Perubahan-perubahan desain inovatif Keramik Kasongan
3. Potensi Perkembangan Desain Inovatif Keramik Kasongan
4. Peran Sentra Industri Keramik Kasongan dalam pengembangan Industri Kreatif Indonesia dalam persaingan Pasar Global?
5. Berbagai potensi desain inovatif yang dikembangkan pada Sentra Industri Kerajinan Keramik Kasongan
6. Nilai-nilai Lokal Keramik Kasongan Sebagai Karakteristik Produk Sentra Industri Keramik Kasongan
c. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya membatasi lingkup dan penggalian data perkembangan mutakhir desain inovatif di Sentra Industri Kerajinan Kasongan yakni di daerah pedukuhan Kajen, desa Bangunjiwo, kecamatan Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penggalian subjek penelitian ini meliputi perkembangan desain inovatif Keramik Kasongan dalam memasuki persaingan Pasar Global.
d. Rumusan Masalah
1. Faktor-faktor apa saja yang mendorong munculnya desain inovatif Keramik Kasongan?
2. Desain-desain inovatif keramik Kasongan apa sajakah yang mampu meningkatkan daya saing terhadap pasar Global?
3. Sejauh mana perubahan desain inovatif keramik Kasongan member pengaruh terhadap perubahan, tuntutan peningkatan, dan membangun segmentasi Pasar Global?
4. Bagaimana desain inovatif keramik Kasongan mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif pada sentra industri keramik Kasongan dalam memasuki persaingan Pasar Global?
e. Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur efektivitas pengembangan desain inovatif di Sentra Keramik/Gerabah Kasongan dalam konteks pengembangan industri kreatif memasuki persaingan pasar Global.
2. Memaparkan dan memberi gambaran objektif bahwa perubahan dan perkembangan desain inovatif keramik Kasongan telah mampu bersaing di pasar global.
f. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Peneliti
a. Memperkaya pengetahuan mendalam secara langsung dalam serangkaian proses kreatif Kerajinan Keramik dirancang hingga dipasarkan.
b. Mengetahui lebih rinci berbagai persoalan yang berkembang di lapangan dan mengangkat berbagai potensi yang penting untuk diteliti lebih lanjut.
c. Membangun wacana, referensi dan sumber kajian dalam memperkaya kesiapan menyediakan sumber ajar bagi mahasiswa atau peneliti lainnya.
2. Manfaat Bagi Masyarakat dan Pemerintah
a. Meningkatkan kualitas sumber daya insani sebagai pelaku industri kreatif yang memiliki nilai tawar tinggi dalam persaingan pasar Global.
b. Memberikan dukungan moral terhadap para pengrajin keramik Kasongan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi dalam memenuhi tuntutan pasar domistik maupun global.
c. Turut membangun iklim dunia usaha yang kondusif di sentra industri kreatif sehingga menumbuhkan rangsangan berkarya bagi insan kreatif Indonesia dalam bentuk dukungan motivasi usaha dan intelektualitas.
d. Membantu pemerintah dalam melakukan kajian komperehensif terhadap potensi-potensi terbaik pada sektor ekonomi kreatif.
3. Manfaat Bagi Lembaga
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi atau materi penunjang bagi mahasisw mauun dosen dalam proses pembelajaran khususnya program pendidikan seni rupa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta.
II. KAJIAN PUSTAKA
a. Pengertian Desain Inovatif
Desain Inovatif secara harafiah dapat didefinisikan sebuah perancangan produk yang memiliki kreasi-kreasi kebaruan dari perancangan-perancangan sebelumnya. Munculnya desain inovatif lazim dikarenakan dorongan kreativitas, tuntutan kebutuhan estetik sehari-hari masyarakat yang kian meningkat dan memenuhi target-target mutu internasional ketika menjadi bagian penting dalam persaingan pasar global.
Sehingga perubahan maupun perkembanagan desain inovatif sesungguhnya mampu mendorong perkembangan desain inovatif lebih memiliki motif pemenuhan selera pasar dan tuntutan kecenderungan pasar global. Kreasi kreatif bisa berbasis pada inovasi baru, artistik baru, dan pencapaian teknologi baru yang belum pernah dibuat atau dipikirkan oleh orang lain. (Deperindag, 2008: 70). Kreasi kreatif yang dilakukan secara intens dan menghasilkan sesuatu kebaruan-kebaruan yang meningkatkan citra estetik dan nilai artistik berarti sebuah temuan desain inovatif.
Sebagai ilustrasi bahwa sejak tahun 1971-1972, Desa Wisata Kasongan mengalami kemajuan cukup pesat. Sapto Hudoyo (seorang seniman besar Yogyakarta) membantu mengembangkan Desa Wisata Kasongan dengan membina masyarakatnya yang sebagian besar pengrajin untuk memberikan berbagai sentuhan seni modern dan komersil bagi desain kerajinan gerabah. Sehingga pada perkembangannya gerabah yang dihasilkan tidak menimbulkan kesan yang membosankan dan monoton, namun dapat memberikan nilai seni dan nilai ekonomi yang tinggi. Keramik Kasongan dikomersilkan dalam skala besar oleh Sahid Keramik sekitar tahun 1980an.
[http://id.wikipedia.org/wiki/Kasongan]
b. Pengertian Keramik Kasongan
Keramik merupakan produk budaya yang sangat penting dan sebagai salah satu sarana yang melaluinya dapat diperoleh suatu hubungan dengan masa lalu. Sebagai produk budaya materi, keramik dapat dipandang sebagai objektivikasi ide, nilai, norma dan peraturan maupun perilaku masyarakat. (Celia Lury, 1998: 58). Pada hakikatnya Keramik Kasongan adalah suatu produk-produk keramik atau gerabah yang tumbuh, hidup, dan diproduksi di desa Kasongan yang kemudian berkembang menjadi sebuah sentra industri kerajinan gerabah Kasongan.
Bermula dari seorang Kyai Song yang mencikalbakali keberadaan keramik Kasongan 320 tahunyang lalu (1675-1765) di daerah tersebut yang kini disebut Kasongan (Gustami: 1988: 17). Kemudian pada era 1990-an sentra Keramik Kasongan telah mencapai tingkat diversifikasi produksi tinggi, tidak hanya pada produk fungsional praktis, akan tetapi telah menjadi objek estetik yaitu elemen estetik interior dan eksterior.
c. Pengertian Industri Kreatif
Definisi Industri Kreatif yang saat ini disebut beberapa pihak berdasarkan UK DCMS Task Force 1998 dalam Deperindag (2008: 4) , bahwa; ‘creatives Industries as those industries which have their origin in individual creativity, skill talent, and which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual property and content’. Industri kreatif berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan dan bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.
Seperti studi yang dilakukan departemen perindustrian RI 2007 menggunakan acuan ini untuk merumuskan program pengembangan ekonomi kreatif Indonesia 2009-2025. Ketika produk keramik Kasongan berorientasi ke arah objek estetik dengan tingkat keberhasilan ekonomis dan telah deversifikasi pada produksi tinggi dalam pemenuhan kebutuhan pasar yang lebih luas maka mendorong peningkatan pada aspek ekonomi kreatif yang diprogramkan pemerintah dengan tahun Industri kreatif 2009-2025.
d. Pengertian Persaingan Pasar Global
Persaingan Pasar Global merupakan wujud sikap kompetitif dalam sektor perdagangan dan perindustrian pasar internasional. Mengingat jangkauan pasar internasional (global) dengan berbagai kualifikasi baik bentuk, corak, gaya, cita rasa, dan lain-lain mendominas produk-produk baru –non tradisional-. Fernomena ini dimungkinkan oleh karena investor dan pasar menjadi pembentuk cita rasa dan pembentukkan nilai-nilai budaya bangsa. (Abraham M. Francis, 1991: 29).
Diawali oleh Graham Bell yang menemukan telepon di tahun 1876, dunia mulai memasuki era komunikasi, yang kemudian terus berkembang dengan pesat. Teknologi komputer, internet, teknologi nirkabel (wireless) yang memungkinkan orang berkomunikasi tidak hanya lewat suara tetapi juga gambar, berhasil menyingkirkan jarak dan menyatukan dunia, menciptakan globalisasi. Dunia global yang tanpa batas ini mengeluarkan orang dari keterisoliran dan keterasingan. Dunia bisnis semakin terbuka. Bisnis berkembang beyond the state boundary. Pengrajin batu putih dari Gunungkidul dapat menjual hasil karyanya kepada peminat di Italy atau Canada tanpa harus bertemu muka. Pengrajin kulit dari Bantul dapat menemukan pembeli dari Rusia atau London, dan vice versa. Daya serap global yang tinggi tentu karena munculnya desain-desain inovatif.
Kebaruan dalam seni mengarah pada keragaman stilistik didorong oleh tujuan ekonomi melalui campur tangan berbagai stakeholder pada wilayah kreatif pengrajin dan patron. Perkembangan bentuk produk non tradisional kemudian menjadi orientasi penciptaan keramik Kasongan didasarkan pad aide-ide dari luar yang tumbuh pada tuntutan konsumen yang berubah sesuai perubahan gaya hidup dan kebutuhan masyarakat pasar global.
III. METODOLOGI PENELITIAN
a. Tempat dan Waktu Penelitian
Waktu penelitian berlangsung dari Maret-Agustus 2012. Adapun lokasi penelitian di sentra industri keramik/gerabah Kasongan. Sebagai data utama adalah sebuah koorporat yang mapan dan berorientasi pasar global yakni pada studio keramik Timbul Raharjo dan Arie saksono serta beberapa pengrajin gerabah yang seringkali melayani pasar luar negeri dengan tuntutan pengembangan desain inovatif yang memenuhi standar kualitas internasional.
b. Jenis Penelitian
Jenis penelitian Kwalitatif. Pada penelitian ini, peneliti cenderung diskriptif; menjabarkan berbagai temuan lapangan secara terperinci baik data visual sebagai data kontekstual maupun data tekstual yang mendukungnya. Mendiskripsikan seluruh data visual maupun data statistik secara akurat yang berkaitan dengan seluruh cakupan aspek penelitian. Deskripsi keseluruhan data penelitian inilah yang akan dijadikan dasar analisis penelitian yang akan dimunculkan sebagai hasil peneitian secara detail dan konperehensif.
c. Sumber Data
Sumber data diperoleh dari sesi wawancara, angket dan survey lapangan. Sumber primer yang diwawancarai diantaranya DR. Timboel Raharjo, MHum (pengusaha Keramik, eksportir dan Dosen Keramik Pascasarjana ISI Yogyakarta) dan Bapak Arie Saksono (pengusaha eksportir keramik Kasongan) serta beberap sampel pengrajin Keramik Kasongan yang representatif. Disamping itu peneliti juga menggunakan sember data pendukung berupa studi pustaka dan pustaka digital lainnya yang dapat diunduh melalui berbagai situs internet.
DR. Timboel Raharjo, MHum [kiri] pengusaha Keramik, eksportir dan Dosen Keramik Pascasarjana ISI Yogyakarta dan Nasirun seorang pelukis kontemporer terkenal yang menjadikan local genius sebagai subject matter karya-karyanya
d. Teknik Pengambilan Data
Metode penelitian yang dipergunakan dalam pengumpulan data melalui survey lapangan, wawancara dengan beberapa studio keramik di wilayah sentra keramik Kasongan dan mengambil data visual melaui pendokumentasian.
1. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan langsung ke lapangan pada subjek-subjek yang akan diteliti. Mengamati berbagai aktivitas warga kasongan sejak pagi hari hingga sore hari sebagai pemandangan rutin di Kasongan.
2. Wawancara
Peneliti melakukan sesi wawancara sebagai teknik penggalian data informative dan melakukan berbagai konfirmasi data lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Sumber primer yang diwawancarai diantaranya DR. Timboel Raharjo, MHum (pengusaha Keramik, eksportir dan Dosen Keramik Pascasarjana ISI Yogyakarta) dan Bapak Arie Saksono (pengusaha eksportir keramik Kasongan) serta beberap sampel pengrajin Keramik Kasongan yang representatif.
3. Dokumentasi Data Visual
Dokumentasi data visual mempergunakan digital camera dan video camera. Dukungan data visual berupa dokumentasi lapangan yang melingkupi subjek penelitian menjadi bagian penting dalam kelengkapan pemaparan hasil penelitian ini. Sehingga validitas dan akurasi datanya menjadi dapat dipertanggung jawabkan sebagai penelitian ilmiah.
Setelah memperoleh data dari survey dan wawancara maka penulis melakukan pendiskripsian yang pada akhirnya dilakukan analisis data. Dalam analisis data penulis mencoba mengkomparasikan dengan data ilmiah pendukung lainnya yang berkaitan dengan semua aspek yang tercakup dalam tinjauan atau target penelitian ini. Sehingga memperoleh paparan hasil penelitian yang akurat.
e. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang pokok adalah sejumlah sesi wawancara dengan list pertanyaan sebagai data questioner, pengamatan langsung dengan dukungan alat perekam suara dan alat perekam gambar dengan digital camera. Instrumen ini dapat tentative penggunaannya disesuaikan dengan keadaan lapangan mengingat peneliti memasuki aktivitas subjek penelitian yang dipastikan sangat sibuk.
Adapun instrument-instrumen penelitian yang akan dipergunakan, yakni;
1. Instrumen Observasi
Peneliti menggunakan teknik observasi non-partisipan yaitu meneliti melalui pengamatan seputar proses kerja dan situasi lain yang masih dinilai sebagai gejala-gejala lingkungan penelitian. Instrumen yang dipergunakan yakni pedoman observasi dan lembar checklist. Untuk mendata berbagai aspek yang mendeskripsikan subjek penelitian dan aktivitasnya.
2. Instrumen Wawancara
Instrumen penelitian yang pokok adalah sejumlah sesi wawancara dengan list pertanyaan sebagai data questioner. Instrument ini diandalkan dapat lebih jauh menggali informasi selengkap-lengkapnya dengan terperinci.
3. Instrumen Dokumentasi Data Visual
Instrumen pendokumentasian data visual menggunakan digital camera dan video yang dapat merekam suara dan gambar terbaik secara konkret dan akurat. Merekam seluruh aktivitas wawancara dan aktivitas kerja. Instrumen inilah yang akan memberikan dukungan kelengkapan data-data yang akan dipaparkan dalam hasil penelitian.
f. Teknik Analisa Data
1. Menghimpun Data
Menghimpun berbagai data penelitian baik referensi literatural, data skunder maupun data dari sumber primer. Data-data ini yang akan dijadikan dasar pembuktian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini.
2. Mereduksi Data
Melakukan proses pereduksian data, sehingga data yang dimunculkan adalah data pokok yang sudah disaring dan disesuaikan dengan konteks penelitian ini. Sehingga presentasi dan paparan data lebih fokus, terstruktur, dan terperinci. Masing-masing data yang dikemukakan menjadi tegas dan benderang.
3. Mengklarifikasi Data
Kelengkapan data lapangan yang memadai kemudian dilakukan klarifikasi berupa sejumlah konfirmasi data pendukung sejenis lainnya. Kemudian dilakukan penyederhanaan data dan informasi yang biasanya saling tumpang tindih sehingga memperoleh data valid, ilmiah, terukur dan lugas.
4. Menelaah Data
Teknik Analisis Data pada penelitian ini dengan mengkomparasi data lapangan, referensi dan hasil wawancara yang diolah dalam bentuk deskripsi. Melakukan recek data dan informasi yang dibutuhkan sehingga data dapat ditelaah secara komperehensif dan terperinci. Mengolah data visual berupa pengambilan gambar lokasi dan berbagai aktivitas pengrajin keramik Kasongan serta data visual produk-produk dengan desain inovatif yang biasa diserap pasar global.
g. Jadwal Penelitian
Referensi
Deperindag (2008), Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025, Jakarta: Departemen Perdagangan RI
Francis, Abraham M. (1991), Modernisasi di Dunia Ketiga: Suatu Teori Umu Pembangunan, Yogyakarta
Gustami, SP. (1988), Seni Kerajinan Kasongan, Yogyakarta: Kontiniutas dan Perubahannya, Tesis S2 Universitas Gajah Mada Yogyakarta
Haryono, Bedjo (1995-1996), Pembuatan Kerajinan Tanah Liat Tradisional. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman DIY
Lury, Celia (1998), Budaya Konsumen, (terj. Hasti T. Champion), Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar