Minggu, 05 Februari 2012

HYPERLiNKS Grip of The World

HYPERLiNKS

Grip of The World

Netok Sawiji_Rusnoto Susanto*

Hyperlinks nyaris dikonotasikan dengan wacana teknis teknologi simulasi dan pencitraan virtual. Meminjam istilah Hyperlinks yang dihasratkan pada event pameran ini tentu dalam konteks paling sederhana ialah sebuah artikulasi tanda atas realitas jejaring besar yang secara simultan membentuk jaringan-jaringan baru untuk membangun ideologi kreatif di dalamnya. Hyperlinks dalam bingkai kuratorial ini mencoba menerjemahkan sekaligus melakukan langkah praktis dengan mendokumentasikan bagaimana sebuah jejaring besar tersebut dirintis, dikembangkan dan dipelihara. Kemudian jejaring dengan tegas dapat menentukan posisi strategis seorang perupa dan menegaskan eksistensi dirinya di dalam sistem networking. Seorang perupa segera melakukan kesadaran baru ketika berada di dalam gugusan jejaring besar tersebut bukan semata-mata artificial tetapi lebih pada kesadaran substansial.

Pameran bertajuk ‘Hyperlinks’ kali ini sejatinya menjadi tanda yang cukup penting untuk kita telisik lebih jauh dalam memberikan pemetaan kembali beberapa aktivitas kreatif para perupa secara representatif ke publik yang lebih luas. Karena sebuah rangkaian kegiatan pameran atau pemetaan tersebut berkait secara signifikan dengan berbagai lapis stakeholder (art gallery, art museum, art dealer, art collector, curator, art critic, journalist) dan dari serangkaian hubungan jejaring tersebut kemudian menjadi kian berkembang dan seterusnya sehingga membentuk jejaring-jejaring baru yang luar biasa besar di dalamnya. Jika setiap perupa membawa sekaligus mempertemukan jejaringnya (kekuatan jejaring tertentu) maka dapat dibayangkan dalam sebuah aktivitas pameran ini dapat ditautkan, dipertemukan atau mempertemukan begitu luar biasa jejaring tersebut menjadi sebuah gugusan raksasa dengan kekuatan baru yang luar biasa besar dan luas. Keluasan dan kekuatan jaringan inilah yang paling tidak menjadi pemicu ledakan jejaring semacam ledakan data/jejaring dalam ruang cybernetic. Tak hanya itu, karena setiap perupa mengusung visi dan ideologi estetika personal yang tentunya menjadi nilai tawar strategis untuk menentukan sistem networking dan merangsang setiap lapis stakeholder yang masuk di dalam jejaringnya.

Hyperlinks kemudian memunculkan isu penting pada pameran kali ini sebagai upaya berbagi spirit kepada para perupa yang terlibat dan kita semua untuk tetap menjalin relationship dengan berbagai stakeholder serta tetap memiliki spirit networking yang secara terus menerus terbina. Bukan sebatas membina networking dengan stakeholder semata, namun bagaimana kita juga mampu membangun jaringan tertentu dengan melibatkan akses-akses pada dunia wacana seni rupa global yang menjadi concern pada peletakan aspek-aspek pluralitas dan universalitas.

Membangun Jejaring Tanpa Batas - Membungkus Dunia dengan Jejaring

Seni rupa kontemporer dengan tegas meletakkan pluralitas dan universalitas dalam paradigma baru secara signifikan, ketika kita tak lagi berfikir Timur-Barat dan tak lagi mempersoalkan kebedaan perspektif masing-masing visi kreatif komunal maupun personal, maka secara sistemik kita berada pada wilayah bebas dalam pengertian luas. Dengan sendirinya sebuah mata rantai dari tautan terkecil hingga terangkai dalam jejaring yang berjenjang-jenjang dari waktu ke waktu sejatinya terbentuk dalam kesadaran berkesenian yang berorientasi global. Tampaknya dalam perubahan dan perkembangan infrastruktur jejaring saat ini mulai menampakkan visi yang padu dengan pola berpikir, sikap perupa, maupun representasi konseptual yang senantiasa membuka peluang merayakan keliaran aspek-aspek teknis visual mengolah subject matter.

Ketika kita mendekatkan pemahaman masyarakat mengenai konteks ini maka secara tidak langsung terkait dan tak lepas dengan konteks jejaring pada ruang virtual yang banyak mengambil posisi penting dan strategis dalam merangkai jejaring. Alasannya sederhana karena pada ruang maya dapat dengan mudah, cepat, praktis, dan efisien untuk sebuah jejaring di rintis bahkan dikembangkan. Puncak pencapain melalui jejaring maya tentu dengan asumsi yang sama dengan pencapaian hubungan relationship secara langsung dengan berbagai stakeholder itu sendiri. Simulasi jejaring dalam ruang maya sungguh sangat meyakinkan bagi kita semua untuk menjaring berbagai upaya pendekatan kita dengan berbagai wacana yang berkembang baik dari pendekatan aspek pasar wacana maupun aspek wacana pasar. Sistem jejaring yang menjadi mediasi kita saat ini tidak hanya dimaknai sebagai perpanjangan sistem komunikasi antar manusia, akan tetapi perpanjangan hampir setiap aspek kehidupan manusia (tindakan, aksi, reaksi, komunikasi) yang mampu mentransformasi berbagai bentuk aktivitas bisnis dan pergerakan ekonomi serta politik kreatif yang terkait langsung dengan target nilai seorang perupa yang ditentukan sebelumnya.

Perupa dengan visi kontemporer kini dapat melakukan berbagai aktivitas (kebudayaan, sosial, ekonomi) dalam jarak jauh (telepresence) tanpa harus melakukan proses perpindahan di dalam ruang-waktu dari stasiun ke stasiun lainnya, sebab yang disebut stasiun itu kini telah terkoneksi secara virtual lewat jaringan internet dan cyberspace. Berbagai kemudahan Web disebabkan oleh hadirnya bahasa universal, yakni Hypertext Markup Language (HTML), yang menyusun sebuah file sehingga komputer dapat menata data pada jendela lacak sambil membiarkannya terhubung dengan file-file lain –hyperlinks yang pada umumnya ditandai dengan warna biru. Hanya dengan klik terhadap cetak biru tersebut komputer akan segera terhubung dengan file di Uniform Resource Locators (URL) lainnya. Jejaring yang luar biasa tersebut dalam HTML kemudian memungkinkan setiap orang menciptakan isi yang kemudian menempatkannya dalam web. Hasilnya adalah semacam ledakan data. Ini adalah gambaran sederhana mengenai hyperlinks dalam konteks dunia cybernetic.

Nah, dalam perspektif yang berbeda kita berada dalam wacana sekaligus praksis hyperlinks. Paparan diatas menujukkan seorang perupa dengan berbagai peran, kapasitas jejaring, dan eksistensi sosiologisnya tentu senantiasa terbungkus dengan jejaring-jejaringnya. Artinya setiap individu senatiasa membangun sekaligus mengembangkan sistem jejaring tanpa batas yang mampu membungkus dunia dengan jejaring. Sebut saja bagaimana Agus ‘baqul’ Purnomo, Anggar Prasetyo, Antoni Eka Putra, Askanadi, AT Sitompul, Ida Bagus Putu Purwa, Wahyu Gunawan, Donni Kurniawan, Entang Wiharso, Firman Lie, Kukuh Nuswantoro, Lugas Syllabus, Sigit Santoso, Yurnalis Bes, Valasara, Wadino, Wayan Redika, Deddy Sufriadi, Anthonius Kho, Hadi Soesanto dan Freddy Sofyan begitu luar biasa merintis karir keseniannya dengan membangun, mengembangkan dan merawat jejaringnya dengan selalu menjaga intensitas hubungan interpersonal secara baik.

Pada arus informasi dan budaya global dewasa ini sebuah peluang keniscayaan begitu luas terbukan dengan berbagai akses. Bahkan sistem jejaring pada cyberspace banyak dijadikan mediasi yang sangat efektif bagi perupa untuk menghimpun jejaring tanpa batas. Nampaknya, salah satu ciri masyarakat dengan balutan budaya kontemporer kian meyakinkan bahwa dunia kini dalam genggaman. Secara transparan kesadaran tersebut menjadi komitmen kolektif pada akhirnya untuk mempertemukan dan menyatukan visi kreativitas mayarakat seni. Hal ini menarik karena sebuah penanda kesadaran global telah menjadi kebutuhan dan tidak sekadar trend teknologi semata.

Dalam kehidupan kreativitas kesenian kita hari ini, tanpa kesadaran global tentu tak akan terjadi komunikasi antar jejaring sehingga konteks pertumbuhan dan percepatan akumulasi jejaring mustahil tergapai. Begitu leluasa peran perupa ketika menghadapi berbagai bentuk pertumbuhan dan percepatan akumulasi jejaring itu sendiri, karena dengan besaran gugus jejaring seorang perupa kian bergiat memperoleh pengakuan eksistensi dalam jejaringnya maupun di luar jejaringnya. Seorang perupa dapat diperhitungkan atau tidak sangat bergantung pada kemapanan sistem networking yang handal. Kita sungguh tak dapat membayangkan seorang perupa tanpa jejaring yang cukup baik untuk mensosialisasikan pemikiran melalui karya-karya seni yang mati-matian dibelanya, dan sebaliknya kita juga dapat menyaksikan sebuah kesuksesan-kesuksesan besar dari seorang perupa yang memiliki kesadaran, dedikasi maupun etos kerja yang luar biasa untuk membangun sekaligus mengembangkan jejaringnya tanpa batas.

Ini berarti bahwa kesadaran global menjadi hal penting untuk menumbuhkan kesadaran-kesadaran eksistensi untuk dihasratkan pada sebuah aktivitas –mobilisasi- jejaring untuk keniscayaan sebuah posisioning terbaiknya dalam memberikan nilai tawar ke hadapan publik secara luas. Ambil contoh seorang Entang Wiharso, Dadang Christanto, Heri Dono, Eddi Hara dan sederet nama perupa yang tak asing lagi berkelebat melenting-lenting di gugusan awan bukan sekadar menikmati sensasi jejaringnya semata namun lebih kepada upaya pemecahan problem keciutan nyali perupa kita. Mereka mampu membongkar kepadatan hubungan relationship dengan jejaring global yang hendak dicairkan hanya dengan tekad bahwa sebuah pilin jejaring-jejaring yang begitu harmonis dan meyakinkan dengan pencapaian-pencapaian terbaiknya. Tentu ini menjadi semacam elaborasi sederhana untuk mendedah secara luas perihal hyperlinks.

*perupa dan kurator independen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar